Sunday, October 31, 2010

Bener2 curhat. Hehe

Sometimes the very thing u're looking for is the one u can't see...

Seperti dee lestari yang menggambarkan seorang yang hanya tau punggung ayam sebagai satu2nya entitas yang nyata dari keseluruhan bentuk ayam yang utuh, tapi tetap bahagia dengan punggung ayamnya. Seperti itulah saya. Sudah cukup puas dengan keadaan yang ada. Cukuplah sesekali memandang. Untuk kemudian berjalan kembali. Hari ini saya mendapatkan kelegaan dan meyakinkan diri bahwa fase denial sudah berakhir. Hati saya sudah bisa tersenyum. Alhamdulillah...

Wednesday, October 27, 2010

malaikat juga tahu

Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri

Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya


dan ya, cukup malaikat dan Tuhan saja yang menyaksikan. bahwa setelah semua gelut dalam diri, saya memilih untuk mendengarkan pandangan mata, resapan peristiwa dan hentakan hati. dan memutuskan untuk tidak menuruti gejolak.


ddalam pandanganku,

jika kau perbandingkan dengan yang lain

aku lah juaranya

tapi ah aku lupa,

jika ku perbandingkan dengan Yang Tertinggi 

kau tidak lah berarti apa-apa

Friday, October 22, 2010

Random thought

Banyak pemimpin lupa, bahwa yang dipimpin punya hak atas pendidikan. Mendapatkan penjelasan yang komprehensif tentang amanah yang ditugaskan kepada yang dipimpin.

Sigh... Semoga Allah membuka mata para pemimpin2 di atas sana yang hanya sibuk meminta anak buahnya berbaik sangka tapi tidak berusaha menjaga persangkaan yang dipimpin atas mereka.

Wednesday, October 13, 2010












saya suka gambar ini. entah kenapa. ada sesuatu di dalamnya yang mampu memuat saya berlama-lama menatap gambar ini. hmm... bagaimana denganmu? apa yang kau lihat dalam gambar ini?






Tuesday, October 12, 2010

Argumentasi, Lelaki shalih dan Cinta



dakwatuna.com – “Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya meminang,” kata Rasulullah mengandaikan sebuah kejadian sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, “Maka, nikahkanlah dia.” Rasulullah memaksudkan perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri seseorang.

“Apabila engkau tidak menikahkannya,” lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, “Niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” Di sini Rasulullah mengabarkan sebuah ancaman atau konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara umum berupa fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan.

Bisa jadi perkataan Rasulullah ini menjadi hal yang sangat berat bagi para orangtua dan putri-putri mereka, terlebih lagi jika ancaman jika tidak menurutinya adalah fitnah dan kerusakan yang meluas di muka bumi. Kita bisa mengira-ngira jenis kerusakan apa yang akan muncul jika seseorang yang berniat melamar seseorang karena mempertahankan kesucian dirinya dan dihalang-halangi serta dipersulit urusan pernikahannya. Inilah salah satu jenis kerusakan yang banyak terjadi di dunia modern ini, meskipun banyak di antara mereka tidak meminang siapapun.

Mari kita belajar tentang pinangan lelaki shalih dari kisah cinta sahabat Rasulullah dari Persia, Salman Al Farisi. Dalam Jalan Cinta, Salim A Fillah mengisahkan romansa cintanya. Salman Al Farisi, lelaki Persia yang baru bebas dari perbudakan fisik dan perbudakan konsepsi hidup itu ternyata mencintai salah seorang muslimah shalihah dari Madinah. Ditemuinya saudara seimannya dari Madinah, Abud Darda’, untuk melamarkan sang perempuan untuknya.

“Saya,” katanya dengan aksen Madinah memperkenalkan diri pada pihak perempuan, “Adalah Abud Darda’.”

“Dan ini,” ujarnya seraya memperkenalkan si pelamar, “Adalah saudara saya, Salman Al Farisi.” Yang diperkenalkan tetap membisu. Jantungnya berdebar.

“Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya,” tutur Abud Darda’ dengan fasih dan terang.

“Adalah kehormatan bagi kami,” jawab tuan rumah atas pinangan Salman, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami.” Yang dipinang pun ternyata berada di sebalik tabir ruang itu. Sang putri shalihah menanti dengan debaran hati yang tak pasti.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili putrinya. ”Tapi, karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman.”

Ah, romansa cinta Salman memang jadi indah di titik ini. Sebuah penolakan pinangan oleh orang yang dicintainya, tapi tidak mencintainya. Salman harus membenturkan dirinya dengan sebuah hukum cinta yang lain, keserasaan. Inilah yang tidak dimiliki antara Salman dan perempuan itu. Rasa itu hanya satu arah saja, bukan sepasang.

Salman ditolak. Padahal dia adalah lelaki shalih. Lelaki yang menurut Ali bin Abi Thalib adalah sosok perbendaharaan ilmu lama dan baru, serta lautan yang tak pernah kering. Ia memang dari Persia, tapi Rasulullah berkata tentangnya, “Salman Al Farisi dari keluarga kami, ahlul bait.” Lelaki yang bertekad kuat untuk membebaskan dirinya dari perbudakan dengan menebus diri seharga 300 tunas pohon kurma dan 40 uqiyah emas. Lelaki yang dengan kecerdasan pikirnya mengusulkan strategi perang parit dalam Perang Ahzab dan berhasil dimenangkan Islam dengan gemilang. Lelaki yang di kemudian hari dengan penuh amanah melaksanakan tugas dinasnya di Mada’in dengan mengendarai seekor keledai, sendirian. Lelaki yang pernah menolak pembangunan rumah dinas baginya, kecuali sekadar saja. Lelaki yang saking sederhana dalam jabatannya pernah dikira kuli panggul di wilayahnya sendiri. Lelaki yang di ujung sekaratnya merasa terlalu kaya, padahal di rumahnya tidak ada seberapa pun perkakas yang berharga. Lelaki shalih ini, Salman Al Farisi, ditolak pinangannya oleh perempuan yang dicintanya.

Salman ditolak. Alasannya ternyata sederhana saja. Dengarlah. “Namun, jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan,” kata si ibu perempuan itu melanjutkan perkataannya. Anda mengerti? Si perempuan shalihah itu menolak lelaki shalih peminangnya karena ia mencintai lelaki yang lain. Ia mencintai si pengantar, Abud Darda’. Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak.

Ada juga kisah cinta yang lain. Abu Bakar Ash Shiddiq meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah. Ia ingin mempererat kekerabatannya dengan Sang Rasul dengan pinangan itu. Saat itu usia Fathimah menjelang delapan belas tahun. Ia menjadi perempuan yang tumbuh sempurna dan menjadi idaman para lelaki yang ingin menikah. Keluhuran budi, kemuliaan akhlaq, kehormatan keturunan, dan keshalihahan jiwa menjadi penarik yang sangat kuat.

“Saya mohon kepadamu,” kata Abu Bakar kepada Rasulullah sebagaimana dikisahkan Anas dalam Fatimah Az Zahra, “Sudilah kiranya engkau menikahkan Fathimah denganku.” Dalam riwayat lain, Abu Bakar melamar melalui putrinya sekaligus Ummul Mukminin Aisyah.

Mendapat pinangan dari lelaki shalih itu, Rasulullah hanya terdiam dan berpaling. “Sesungguhnya, Fathimah masih kecil,” kata beliau dalam riwayat lain. “Hai Abu Bakar, tunggulah sampai ada keputusan,” kata Rasulullah. Yang terakhir ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat. Maksud Rasulullah dengan menunggu keputusan adalah keputusan dari Allah atas kondisi dan keadaan itu, apakah menerima pinangan itu atau tidak.

Ketika Umar bin Khathab mendengar cerita ini dari Abu Bakar langsung, ia mengatakan, “Hai Abu Bakar, beliau menolak pinanganmu.”

Kemudian Umar mengambil kesempatan itu. Ia mendatangi Rasulullah dan menyampaikan pinangannya untuk menikahi Fathimah binti Muhammad. Tujuannya tidak terlalu berbeda dengan Abu Bakar. Bahkan jawaban yang diberikan Rasulullah kepada Umar pun sama dengan jawaban yang diberikan kepada Abu Bakar. “Sesungguhnya, Fathimah masih kecil,” ujar beliau. “Tunggulah sampai ada keputusan,” kata Rasulullah.

Ketika Abu Bakar mendengar cerita ini dari Umar bin Khathab langsung, ia mengatakan, “Hai Umar, beliau menolak pinanganmu.”

Kita bisa membayangkan itu? Dua orang lelaki paling shalih di masa hidup Rasulullah pun ditolak pinangannya. Abu Bakar adalah sahabat paling utama di antara seluruh sahabat yang ada. Kepercayaannya kepada Islam dan kerasulan begitu murni, tanpa reverse ataupun setitis keraguan. Karena itulah ia mendapat julukan Ash Shiddiq. Ia adalah lelaki yang disebutkan Al Qur’an sebagai pengiring jalan hijrah Rasulullah di dalam gua. Ia adalah dai yang banyak memasukkan para pembesar Mekah dalam pelukan Islam. Ia adalah pembebas budak-budak muslim yang senantiasa tertindas. Ia adalah lelaki yang menginfakkan seluruh hartanya untuk jihad, dan hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya bagi seluruh keluarganya. Ia adalah orang yang ingin diangkat sebagai kekasih oleh Rasulullah. Ia adalah salah satu lelaki yang telah dijamin menginjakkan tumitnya di kesejukan taman jannah. Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah.

Sementara, siapa tidak mengenal lelaki shalih lain bernama Umar bin Khathab. Ia adalah pembeda antara kebenaran dan kebathilan. Ia dan Hamzah lah yang telah mengangkat kemuliaan kaum muslimin di masa-masa awal perkembangannya di Mekah. Ia lelaki yang seringkali firasatnya mendahului turunnya wahyu dan ayat-ayat ilahi kepada Rasulullah. Ia adalah lelaki yang dengan keberaniannya menantang kaum musyrikin saat ia akan berangkat hijrah, ia melambungkan nama Islam. Ia lelaki yang sangat mencintai keadilan dan menegakkannya tatkala ia menggantikan posisi Rasulullah dan Abu Bakar di kemudian hari. Ia pula yang di kemudian hari membuka kunci-kunci dunia dan membebaskan negeri-negeri untuk menerima cahaya Islam. Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah.

Mari kita simak kenapa pinangan dua lelaki shalih ini ditolak Rasulullah. Ketika itu, Ali bin Abi Thalib datang menemui Rasulullah. Shahabat-shahabatnya dari Anshar, keluarga, bahkan dalam sebuah riwayat termasuk pula dua lelaki shalih terdahulu mendorongnya untuk datang meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah. Ia menemui Rasulullah dan memberi salam.

“Hai anak Abu Thalib,” sapa Rasulullah pada Ali dengan nama kunyahnya, ”Ada perlu apa?”

Simaklah jawaban lugu yang disampaikan Ali kepada Rasulullah sebagaimana dinukil Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat. “Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah,” katanya lirih hampir tak terdengar. Dengar dan rasakan kepolosan dan kepasrahan dari setiap diksi yang terucap dari Ali bin Abi Thalib itu. Kepolosan dan kepasrahan seorang pecinta akan cintanya yang demikian lama. Ia menggunakan pilihan kata yang sangat lembut di dalam jiwa, “Terkenang.” Kata ini mewakili keterlamaan rasa dan gelora yang terpendam, bertunas menembus langit-langit realita, transliterasi rasa.

“Ahlan wa sahlan!” kata Rasulullah menyambut perkataan Ali. Senyum mengiringi rangkaian kata itu meluncur dari bibir mulia Rasulullah. Kita tidak usah sebingung Ali memahami jawaban Rasulullah. Jawaban itu bermakna bahwa pinangan Ali diterima oleh Rasulullah seperti yang dipahami rekan-rekan Ali.

Mari kita biarkan Ali dengan kebahagiaan diterima pinangannya oleh Rasulullah. Mari kita melihat dari perspektif yang lebih fokus untuk memahami penolakan pinangan dua lelaki shalih sebelumnya dan penerimaan lelaki shalih yang ini. Kita boleh punya pendapat tersendiri tentang masalah ini.

Ketika Rasulullah menjelaskan alasan kepada Abu Bakar dan Umar berupa penolakan halus, kita tidak bisa menerimanya secara letter lijk. Sebab bisa jadi itu adalah bahasa kias yang digunakan Rasulullah. Misalnya ketika Rasulullah mengatakan bahwa Fathimah masih kecil, tentu saja ini tidak bisa diterjemahkan sebagai kecil secara harfiah, sebab saat itu usia Fathimah sudah hampir delapan belas tahun. Sebuah usia yang cukup matang untuk ukuran masa itu dan bangsa Arab. Sementara Rasulullah sendiri berumah tangga dengan Aisyah pada usia setengah usia Fathimah saat itu. Maka, kita harus memahami kalimat penolakan itu sebagai bahasa kias.

Saat Rasulullah meminta Abu Bakar dan Umar bin Khathab untuk menunggu keputusan, ini juga diterjemahkan sebagai penolakan sebagaimana dipahami dua lelaki shalih itu. Jadi, pernyataan Rasulullah itu bukan pernyataan untuk menggantung pinangan, sebab jika pinangan itu digantung, tentu saja Umar dan Ali tidak boleh meminang Fathimah. Pernyataan itu adalah sebuah penolakan halus.

Atau bisa jadi, saat itu Rasulullah punya harapan lain bahwa Ali bin Abi Thalib akan melamar Fathimah. Beliau tahu sebab sejak kecil Ali telah bersamanya dan banyak bergaul dengan Fathimah. Interaksi yang lama dua muda mudi sangat potensial menumbuhkan tunas cinta dan memekarkan kuncup jiwanya. Ini dibuktikan dari pernyataan Rasulullah untuk meminta dua lelaki shalih itu menunggu keputusan Allah tentang pinangannya. Jadi, dalam hal ini kemungkinan Rasulullah mengetahui bahwa putrinya dan Ali telah saling mencintai. Sehingga Rasulullah pun punya harapan pada keduanya untuk menikah. Rasulullah hanya sedang menunggu pinangan Ali. Di masa mendatang sejarah membuktikan ketika Ali dan Fathimah sudah menikah, ia berkata kepada Ali, suaminya, “Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda.” Saya yakin kita tahu siapa yang dimaksud oleh Fathimah. Ini perspektif saya.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan singkat Ali, “Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah.” Satu kalimat itu sudah mewakili apa yang diinginkan Ali. Rasulullah sangat memahami ini. Beliau adalah seseorang yang sangat peka akan apa-apa yang diinginkan orang lain dari dirinya. Beliau memiliki empati terhadap orang lain dengan demikian kuat. Beliau memahami bentuk sempurna keinginan seseorang seperti Ali dengan beberapa kata saja.

Dan jawaban Rasulullah pun menunjukkan hal yang serupa, “Ahlan wa sahlan!” Ungkapan sambutan selamat datang atas sebuah penantian.

Jadi, dengan perspektif ini, kita akan memahami bahwa lelaki shalih yang datang untuk meminang bisa ditolak pinangannya, tanpa akan menimbulkan fitnah di muka bumi ataupun kerusakan yang meluas. Wanita shalihah yang dipinang Salman Al Farisi telah menunjukkan kepada kita, bahwa ia mencintai Abud Darda’ dan menolak pinangan lelaki shalih dari Persia itu. Rasulullah pun telah menunjukkan pada kita bahwa ia menolak pinangan dua lelaki tershalih di masanya karena Fathimah mencintai lelaki shalih yang lain, Ali Bin Abu Thalib. Di sini, kita belajar bahwa cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.

Mari kita dengarkan sebuah kisah yang dikisahkan Ibnu Abbas dan diabadikan oleh Imam Ibnu Majah. Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah. “Wahai Rasulullah,” kata lelaki itu, “Seorang anak yatim perempuan yang dalam tanggunganku telah dipinang dua orang lelaki, ada yang kaya dan ada yang miskin.”

“Kami lebih memilih lelaki kaya,” lanjutnya berkisah, “Tapi dia lebih memilih lelaki yang miskin.” Ia meminta pertimbangan kepada Rasulullah atas sikap yang sebaiknya dilakukannya. “Kami,” jawab Rasulullah, “Tidak melihat sesuatu yang lebih baik dari pernikahan bagi dua orang yang saling mencintai, lam nara lil mutahabbaini mitslan nikahi.”
Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak. Di telinga dan jiwa lelaki ini, perkataan Rasulullah itu laksana setitis embun di kegersangan hati. Menumbuhkan tunas yang hampir mati diterpa badai kemarau dan panasnya bara api. Seakan-akan Rasulullah mengatakannya khusus hanya untuk dirinya. Seakan-akan Rasulullah mengingatkannya akan ikhtiar dan agar tiada sesal di kemudian hari.

“Cinta itu,” kata Prof. Dr. Abdul Halim Abu Syuqqah dalam Tahrirul Ma’rah fi ‘Ashrir Risalah, “Adalah perasaan yang baik dengan kebaikan tujuan jika tujuannya adalah menikah.” Artinya yang satu menjadikan yang lainnya sebagai teman hidup dalam bingkai pernikahan.

Dengan maksud yang serupa, Imam Al Hakim mencatat bahwa Rasulullah bersabda tentang dua manusia yang saling mencintai. “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah) oleh orang-orang yang saling mencintai,” kata Rasulullah, “Seperti halnya pernikahan.” Ya, tidak ada yang lebih indah. Ini adalah perkataan Rasulullah. Dan lelaki ini meyakini bahwa perkataan beliau adalah kebenaran. Karena bagi dua orang yang saling mencintai, memang tidak ada yang lebih indah selain pernikahan. Karena cintalah yang menghapus fitnah di muka bumi dan memperbaiki kerusakan yang meluas, insya Allah.

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.

taken from www.dakwatuna.com



Paulo coelho said that, "Life is short. There is no time to leave important words unsaid." well, be brave then to said the important words, emma. truth!


ah ya, kebenaran, apalagi ketika menyangkut perasaan dan emosi selalu menjadi lebih rumit untuk dikatakan. sesederhana apapun logika menalarkan kata-kata, tetap saja emosi mengacaukannya. huff... saya yang straightforward ini ternyata tak ubahnya seorang penakut.

Monday, October 11, 2010

tergoda, tapi tetap cinta

Thinking to move to wp. Ugh...godaan teknologi yang terlalu menggoda. Tapi, u know what my dear blog(spot)? Aku padamu, terlalu cinta. *smooch*

Wednesday, October 06, 2010

Too Precious To Be Only Words




...life come and go...


Don't believe in luck, because your fate is on your own hand.

[13:11] ... Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ... (Holy Quran, Ar-Rad 013:0011)



Be quick and thorough...

"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain" (Holy Quran, Alam Nasyrah 094:0007)



Work...

And Omar bin Khattab said: "O poor people, lift up your heads and engage in trade, for the way is clear, and do not be dependent on people." [5]


Son of life...
"But that is not how life teaches you, and I would say that life is the best teacher of all. Most of the time, life does not talk to you. It just short of pushes you around. Each push is life saying, 'Wake up. There's something I want you to learn.'" (Taken from a dialogue in 'Rich Dad Poor Dad' of Robert T. Kiyosaki)

Friday, September 24, 2010

happy birthday mommy


Who should I give my love to?
My respect and my honor to
Who should I pay good mind to?
After Allah
And Rasulullah

Comes your mother
Who next? Your mother
Who next? Your mother
And then your father

Cause who used to hold you
And clean you and clothes you
Who used to feed you?
And always be with you
When you were sick
Stay up all night
Holding you tight
That's right no other
Your mother (My mother)

Who should I take good care of?
Giving all my love
Who should I think most of?
After Allah
And Rasulullah

Comes your mother
Who next? Your mother
Who next? Your mother
And then your father

Cause who used to hear you
Before you could talk
Who used to hold you?

Before you could walk
And when you fell who picked you up
Clean your cut
No one but your mother
My mother

Who should I stay right close to?
Listen most to
Never say no to
After Allah
And Rasulullah

Comes your mother
Who next? Your mother
Who next? Your mother
And then your father

Cause who used to hug you
And buy you new clothes
comb your hair
And blow your nose
And when you cry
Who wiped your tears?
Knows your fears
Who really cares?
My mother

Say Alhamdulillah
Thank you Allah
Thank you Allah
For my mother.





i put all for u mommy... ibu juara satu seluruh dunia. semoga Allah yang Maha Pengasih selalu melimpahkan kasih sayangNya pada mamah, memberikan hidayah yang tak putus, kenikmatan bersabar dan kelezatan syukur dalam tiap helaan nafas, semoga Ia selalu memberikan penjagaanNya yang terbaik untuk mamah, diangkat segala penyakit yang ada di dalam tubuh mamah. semoga Allah memberikan kenikmatan ibadah yang tak putus, kerinduan untuk selalu bertemu denganNya di tiap jenak nafas dan di antara sujud yang disungkurkan di atas sajadah dan kekhusyukan yang tak ternilai.


aamiin,,,,


barakallah fi umriika ya mamah, we always love u. walaupun telat 3 hari karena teteh lupa. tapi kan di ktp tertulisnya hari ini, jadi masih gapapa lah kalo teteh kasih tahniah hari ini. hehehe...

ps. kado menyusul ya, nunggu gajian dulu. ;p

Thursday, September 23, 2010

harsh reality

menyedihkan menjadi seseorang yang sulit merasakan kesedihan

Allahu lathiif... lembutkan hati hamba....

Thursday, August 19, 2010

a pray from a burn out person

Rabbi... please give me some spare...
i need Ur strength on a moment like this

Thursday, June 24, 2010

Official Handwriting Analysis - Personality Report

Official Handwriting Analysis - Personality Report

This personality profile is based on the writing of Emma Yulia Sari created at the website: Handwriting Wizard.com - Handwriting University's Official automated personality report creator based on standardized basic personality traits as taught through Handwriting University's Certification Level Program.

Emma uses judgment to make decisions. She is ruled by her head, not her heart. She is a cool, collected person who is usually unexpressive emotionally. Some may see her as unemotional. She does have emotions but has no need to express them. She is withdrawn into herself and enjoys being alone.

The circumstances when Emma does express emotions include: extreme anger, extreme passion, and tremendous stress. If someone gets her mad enough to tell her off, she will not be sorry about it later. She puts a mark in her mind when someone angers her. She keeps track of these marks and when she hits that last mark she will let them know they have gone too far. She is ruled somewhat by self-interest. All her conclusions are made without outside emotional influence. She is very level-headed and will remain calm in an emergency situation. In a situation where other people might get hysterical, she has poise.

Emma will work more efficiently if given space and time to be alone. She would rather not be surrounded by people constantly. In a relationship, she will show her love by the things she does rather than by the things she says. Saying "I love you" is not a needed routine because she feels her mate should already know. The only exception to this is if she has logically concluded that it is best for her mate to hear her express her love verbally.

Emma is not subject to emotional appeals. If someone is selling a product to her, they will need to present only the facts. They should present them from a standpoint of her sound judgment. She will not be taken in by an emotional story about someone else. She will meet emergencies without getting hysterical and she will always ask "Is this best for me?"

People that write their letters in an average height and average size are moderate in their ability to interact socially. According to the data input, Emma doesn't write too large or too small, indicating a balanced ability to be social and interact with others.

Emma will demand respect and will expect others to treat her with honor and dignity. Emma believes in her ideas and will expect other people to also respect them. She has a lot of pride.

Emma will be candid and direct when expressing her opinion. She will tell them what she thinks if they ask for it, whether they like it or not. So, if they don't really want her opinion, don't ask for it!

In reference to Emma's mental abilities, she has a very investigating and creating mind. She investigates projects rapidly because she is curious about many things. She gets involved in many projects that seem good at the beginning, but she soon must slow down and look at all the angles. She probably gets too many things going at once. When Emma slows down, then she becomes more creative than before. Since it takes time to be creative, she must slow down to do it. She then decides what projects she has time to finish. Thus she finishes at a slower pace than when she started the project.

She has the best of two kinds of minds. One is the quick investigating mind. The other is the creative mind. Her mind thinks quick and rapidly in the investigative mode. She can learn quicker, investigate more, and think faster. Emma can then switch into her low gear. When she is in the slower mode, she can be creative, remember longer and stack facts in a logical manner. She is more logical this way and can climb mental mountains with a much better grip.

Emma's true self-image is unreasonably low. Someone once told Emma that she wasn't a great and beautiful person, and she believed them. Emma also has a fear that she might fail if she takes large risks. Therefore she resists setting her goals too high, risking failure. She doesn't have the internal confidence that frees her to take risks and chance failure. Emma is capable of accomplishing much more than she is presently achieving. All this relates to her self-esteem. Emma's self-concept is artificially low. Emma will stay in a bad situation much too long... why? Because she is afraid that if she makes a change, it might get worse. It is hard for Emma to plan too far into the future. She kind of takes things on a day to day basis. She may tell you her dreams but she is living in today, with a fear of making a change. No matter how loud she speaks, look at her actions. This is perhaps the biggest single barrier to happiness people not believing in and loving themselves. Emma is an example of someone living with a low self-image, because their innate self-confidence was broken.

Emma is sarcastic. This is a defense mechanism designed to protect her ego when she feels hurt. She pokes people harder than she gets poked. These sarcastic remarks can be very funny. They can also be harsh, bitter, and caustic at the same time.

Emma is very self-sufficient. She is trying not to need anyone. She is capable of making it on her own. She probably wants and enjoys people, but she doesn't "need" them. She can be a loner.

For a graphologist, the spacing on the page reflects the writer's attitude toward their own world and relationship to things in his or her own space. If the inputted data was correct Emma has left lots of white space on the left side of the paper. Emma fills up the rest of the page in a normal fashion. If this is true, then Emma has a healthy relationship to the past and is ready to move on. The right side of the page represents the future and Emma is ready and willing to get started living now and planning for the future. Emma would like to leave the past behind and move on.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

hmmm.... some of those analysis was right, but i think many of them were overgeneralized. what do u think? does it represent who i am?

buat kamu. ya, kamu.

sejauh saya mengenal seorang kawan. anda adalah seorang kawan yang teraneh. sulit sekali saya mendefinisikan hubungan pertemanan kita. seorang teman dekat? sekedar kawan? atau, hanya kenalan?

seorang teman dekat tak akan memandang temannya aneh saat bertemu. pun tidak akan sok tak saling mengenal. seorang kenalan tak akan mendiskusikan karakter personal dan segala hal yang sifatnya dekat. sementara sebatas teman tak akan memposisikan diri lebih tinggi dari temannya.

fyi, dari dulu sampai sekarang, saya memandang anda tak lebih dari teman. itu saja. tapi sikap anda terkadang sangat menyebalkan dan membuat saya merasa tidak nyaman. sering kali dalam pembicaraan atau diskusi kita, anda tidak menempatkan saya dalam posisi yang setara. sering kali, tanpa anda sadari, anda memaksakan nilai2 pribadi anda pada saya. anda menjadi memperlakukan saya seolah saya adalah pribadi rapuh dan perlu bimbingan. perilaku anda sangat berbeda pada satu momen ke momen yang lain. dan saya tidak suka.

sudah berapa kali saya harus menelan emosi saya menghadapi anda yang sok tau. saya belajar bersabar. tapi saya merasa saya tidak dihargai sebagai seorang teman. anda terlalu banyak mendikte saya. huff...

kalau di hari lain saya bisa menahan diri dan tetap tersenyum menghadapi anda. tidak kali ini. saya rasa, saya butuh waktu dan akan membuat jarak. bukan untuk memutus silaturahim. tapi semata untuk menjaga prasangka.

Thursday, June 10, 2010

senja di ujung pulau

ingin bersandar di teras rumahmu
dimana pasir dan laut bertemu dan saling menyatu
bebatuan rela dihempas ombak karena fitrah yang diiringi kecintaan

senja itu kita bersama,
kau dan aku
diam sambil bertukar rasa lewat udara
kau tahu?
sudah lama aku menunggu saat ini
dimana hanya ada kau, aku dan semilir angin laut menepi pantai

ada banyak hal yang ingin dibagi
bahkan telah kususun daftar panjang
kutulis di lembar tissue toilet yang sengaja kubeli
di toko kelontong pinggir jalan raya yang ditunggui perempuan paruh baya bermata indah
dan, percaya atau tidak, gulungan itu tak cukup menampung kesahku


ah, ya rutuklah aku
aku hanya si perindu dungu
yang jadi gagu didepanmu
bahkan ragaku pun kelu hanya karena kau lirik,
sekilas.

sudah,sudah.
gombalanku memang tak bermutu,
untuk itu biarkan aku diam saja
dan bersandar sambil memejamkan mata
di terasmu
di sampingmu yang sibuk memandang awan
menyisir langit mencari elang

rindu ramadhan

baru kali ini merasakan kerinduan macam ini.

membuncah, meledak, sampai ingin menangis.

Allah... sampaikan hamba...sampaikan hamba...

Friday, February 19, 2010

between a soul





merasa terlalu banyak mengecewakan orang lain akhir-akhir ini.
mencederai harapan diri sendiri.


oh, come on emma. ini lah bagian dari konsekuensi jalan yang kau pilih.


iya kah? tapi apa harus sebegini?


sadarlah. bukankah kau tahu bahwa ketangguhan tidak lahir dalam keadaan aman dan nyaman? badailah yang menciptakan pelaut yang ulung. kamu tau dengan pasti kalau kamu kuat. saat ini kamu hanya kurang sabar. konsentrasi, ma. fokus dan kendalikan dirimu. tetaplah berprasangka baik. Allah itu lebih tau yang terbaik bagi dirimu. kenapa harus merasa sulit dan sempit? segala hal yang terjadi, baik yang diinginkan atau tidak, yang diantisipasi atau tidak adalah bagian dari tarbiyah Allah untuk menguji seberapa keberserahanmu sebagai seorang hamba. jangan ngaku hamba jika tidak taat pada titah Tuannya. jangan merasa diri paling sulit. di dunia ini terlalu banyak orang yang jauh lebih sempit hidupnya daripada kamu. dan mereka bisa survive koq. bisa tetap bersyukur dan berhikmat dalam keimanan mereka.

ah, ya. kamu benar. sangat benar. tidak ada yang luput dari pengawasan Allah. dari kasih sayang Allah. semut aja bisa hidup koq, kenapa aku harus khawatir. terima kasih ya? kamu memang alter egoku yang paling baik.







ps. today, i've done another stupidity. made me cry a bit (and yeah, bahkan gw bodoh dalam menangis) but in a click, Allah gave me another chance. and i promise u, my self, i wont let u down. i'll break those legs. pray for me ya? ;p


pic taken from here

Tuesday, February 16, 2010

hard to please

ugh, i don't know.
why did i felt that being in a friendship with u occupied my energy.
i tried to be as genuine as i could.
and i did.
or,
at least i think i did so.
but u are so hard to please.

u need to learn one thing i guess,

RESPECT.

Monday, February 01, 2010

sesi-sesi itu


singkat,
tapi
sungguh membantu.

terima kasih.

untuk membantu saya
menyatukan potongan-potongan itu.

saya mau berubah

dan well functioning.

tapi saya akui,

ada saatnya goyah
patah
atau menurut kamu,
rapuh.

dan ya, saya masih butuh sesi-sesi itu

fiuhh... tenang saja

kamu akan lihat saya berhasil.

and i surely will.

thicker than water




Kala detak hati menjadi kencang karena amarah,
maka tak berkata-kata adalah sikap terbaik

ya, apapun
antara kami bukan hanya air
tidak hilang saat terpapar sengat mentari
dia merah
karnanya tetap akan ada bekas abadi saat mengering

ikatan semacam ini terberi adanya
tak bisa dipesan mau kita apa
menerima adalah satu-satunya cara
menerima dengan lengkap
utuh dengan tiap kata manis juga tutur pahit

maka itu aku diam saja
menunggu detak hati melambat
dan logika kembali pada tempatnya

Sunday, January 31, 2010

traveled then grows

ini tentang satu, dua, dan banyak perjalanan yang kami tempuh bersama. berdua, bertiga, atau bersama-sama. ada banyak kesamaan minat dan pilihan perjalanan, tapi juga tak jarang perbedaan dalam memandang sebuah tujuan.sama-sama menyukai alam, senang menghabiskan waktu di tengah ruang yang menjebak kami dalam sejarah, atau sekedar mencicipi manisnya kehangatan di antara keramahan warung makan.

kami berjalan di antara deru kereta-mesin mobil-buku bacaan-lantunan alquran-musik dari handphone-camilan atau makan malam-dan-obrolan penting atau tidak penting. terdiam karena pemandangan alam yang terbingkai kaca jendela bis. berbicara serius demi sebuah fenomena sosial penduduk di daerah yang dilintasi. atau kembali sibuk dengan pembunuh waktu masing-masing saat tak ada hal yang ingin dibicarakan-ditertawakan-atau-bahkan-dijadikan-becandaan.

ini tentang sekian banyak waktu yang kami habiskan bersama di perjalanan, yang menurutku tak akan pernah cukup. tak pernah cukup untuk membuatku mengenal mereka. selalu ada hal yang baru bertumbuh. mengundang tawa, mempererat ikatan, atau memperlebar jeda diam antara kami. bukan berseteru, tapi saling tahu sama tahu bahwa ada saatnya kepedulian itu tak berkata-kata. dan ya, kami bertumbuh. mengetahui yang memang terlihat. dan perlahan menangkap makna dari yang tersirat.


maka benarlah kata sayyidina umar. kau akan mengenal saudaramu saat bersama melakukan perjalanan. aku juga membenarkan kata-kata yang kubaca di sebuah blog (dengan perubahan, tentunya), they who travel together grows together. kami berevolusi, dari berapa orang asing yang dipaksakan mengenal karena kesamaan amanah, tetapi dengan bangganya bisa meyakinkan tiap orang bahwa kami bersaudara. terlepas dari amanah yang telah usai, tidak diikat oleh sekedar kepentingan jabatan yang sempat membuat kami berjibaku berkelindan. saat yang lain merasa kesepian, kami bisa saling memastikan bahwa tiap saat bisa saling mengandalkan. dan semua terbentuk selama di perjalanan.

Thursday, January 14, 2010

doa di sepotong kain

pada sepotong kain ada doa yang terpanjat. ditulis sebait demi sebait, bagi mereka yang akan melangkah ke dunia baru. dunia dimana aku dan kamu disatukan menjadi kita, melalui perjanjian yang gunung pun tak sanggup menanggungnya.

setengah hari ini saya menghabiskan waktu dengan melihat batik dan belajar berbagai hal tentang batik. mulai dari belajar mengenali motif kain batik khas banjarnegara. melihat bagaimana seorang ibu menorehkan malam pada sehelai kain batik setengah jadi yang, sungguh, sudah sangat cantik walaupun masih setengah jadi. hingga belajar tentang filosofi sederhana batik.
kalian pasti tahu, kalau proses pembuatan sehelai kain batik itu macam-macam caranya. ada yang dicetak, ada yang dicap, dan yang paling eksotis tentu saja batik yang ditulis. semua proses tersebut menciptakan kain batik yang indah, tapi tentunya dengan kualitas yang berbeda. tapi, kali ini saya hanya akan bercerita tentang batik tulis saja.
setiba saya di kediaman bu lurah, saya disuguhi pemandangan seorang ibu yang sedang menorehkan malam dengan cantingnya di kain. wheew... saat itu cuma satu yang ada di pikiran saya, kagum sangat. padahal ini bukan kali pertama saya melihat seorang ibu membatik. tapi entah kenapa selalu ada antusiasme membuncah dalam hati saya, selayaknya seorang anak kecil yang melihat permen favoritnya. hehe. alhamdulillah, ibu lurah amat ramah terhadap kami para perempuan yang banyak maunya ini. tiap pertanyaan saya dan teman2 tentang batik dijawab dengan ramah dan ringan. bahkan beliau menawarkan saya (yang memang terlihat paling antusias a.k.a norak) untuk belajar membatik. wah, rasanya seperti gayung bersambut.
saat itu, saya diajarkan menoreh malam pada selembar kain yang memang sering dipakai orang untuk belajar membatik. jujur aja, saya grogi banget. saat memegang canting, tangan saya gemetaran dan bingung menentukan posisi cantingnya. karena kata si ibu, canting itu harus diletakkan dengan pas. kalau terlalu kebawah, malam yang ada didalam cangkang cantingnya bisa tumpah. tetapi kalau terlalu ke atas, malam bisa tidak keluar dan hasil tulisan menjadi tidak bagus. hmm..dan ya, saya hanya berani mencoba sebentar. setelah itu saya ndak sabar dan memilih untuk duduk melihat motif-motif kain yang sudah jadi.
ada satu motif kain yang menarik hati saya. sebutannya batik sidomukti. kain batik sidomukti ini dikhususkan untuk para pengantin yang menikah. saya penasaran, kenapa begitu? lalu dijelaskan lah secara singkat. sidomukti itu motif kain yang menyiratkan pengharapan pada pengantin. pengharapan agar hidupnya kelak sejahtera, makmur dan bahagia. hmmm... keren..saya ga pernah nyangka kalau filosofinya sedalam itu. ibarat kata, kain batik sidomukti merupakan perwujudan doa-doa sang pembuat kain dan orang-orang lain yang menyaksikan sepasang suami istri menikah. saya jadi teringat doa yang disunnahkan oleh Rasulullah saat menghadiri sebuah pernikahan. barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fi khair.. agaknya maksud dan tujuan dari doa tersebut dan harapan yang ditulis dalam motif batik sidomukti memiliki kemiripan. sebuah doa yang menghantar pasangan baru memasuki belantara pernikahan dengan segala konflik dan kebahagiaaanya.
mengetahui makna tersebut, saya akhirnya memiliki sudut pandang tentang batik sidomukti. batik yang menurut saya eksotis dan powerful pada tiap helaian benangnya. kenapa? karena di tiap helainya ada siratan dan guratan doa dan pengharapan dari semua yang terlibat dalam penciptaan kain tersebut. dan saya pun menyebutnya, doa di sepotong kain.