Sunday, January 31, 2010

traveled then grows

ini tentang satu, dua, dan banyak perjalanan yang kami tempuh bersama. berdua, bertiga, atau bersama-sama. ada banyak kesamaan minat dan pilihan perjalanan, tapi juga tak jarang perbedaan dalam memandang sebuah tujuan.sama-sama menyukai alam, senang menghabiskan waktu di tengah ruang yang menjebak kami dalam sejarah, atau sekedar mencicipi manisnya kehangatan di antara keramahan warung makan.

kami berjalan di antara deru kereta-mesin mobil-buku bacaan-lantunan alquran-musik dari handphone-camilan atau makan malam-dan-obrolan penting atau tidak penting. terdiam karena pemandangan alam yang terbingkai kaca jendela bis. berbicara serius demi sebuah fenomena sosial penduduk di daerah yang dilintasi. atau kembali sibuk dengan pembunuh waktu masing-masing saat tak ada hal yang ingin dibicarakan-ditertawakan-atau-bahkan-dijadikan-becandaan.

ini tentang sekian banyak waktu yang kami habiskan bersama di perjalanan, yang menurutku tak akan pernah cukup. tak pernah cukup untuk membuatku mengenal mereka. selalu ada hal yang baru bertumbuh. mengundang tawa, mempererat ikatan, atau memperlebar jeda diam antara kami. bukan berseteru, tapi saling tahu sama tahu bahwa ada saatnya kepedulian itu tak berkata-kata. dan ya, kami bertumbuh. mengetahui yang memang terlihat. dan perlahan menangkap makna dari yang tersirat.


maka benarlah kata sayyidina umar. kau akan mengenal saudaramu saat bersama melakukan perjalanan. aku juga membenarkan kata-kata yang kubaca di sebuah blog (dengan perubahan, tentunya), they who travel together grows together. kami berevolusi, dari berapa orang asing yang dipaksakan mengenal karena kesamaan amanah, tetapi dengan bangganya bisa meyakinkan tiap orang bahwa kami bersaudara. terlepas dari amanah yang telah usai, tidak diikat oleh sekedar kepentingan jabatan yang sempat membuat kami berjibaku berkelindan. saat yang lain merasa kesepian, kami bisa saling memastikan bahwa tiap saat bisa saling mengandalkan. dan semua terbentuk selama di perjalanan.

Thursday, January 14, 2010

doa di sepotong kain

pada sepotong kain ada doa yang terpanjat. ditulis sebait demi sebait, bagi mereka yang akan melangkah ke dunia baru. dunia dimana aku dan kamu disatukan menjadi kita, melalui perjanjian yang gunung pun tak sanggup menanggungnya.

setengah hari ini saya menghabiskan waktu dengan melihat batik dan belajar berbagai hal tentang batik. mulai dari belajar mengenali motif kain batik khas banjarnegara. melihat bagaimana seorang ibu menorehkan malam pada sehelai kain batik setengah jadi yang, sungguh, sudah sangat cantik walaupun masih setengah jadi. hingga belajar tentang filosofi sederhana batik.
kalian pasti tahu, kalau proses pembuatan sehelai kain batik itu macam-macam caranya. ada yang dicetak, ada yang dicap, dan yang paling eksotis tentu saja batik yang ditulis. semua proses tersebut menciptakan kain batik yang indah, tapi tentunya dengan kualitas yang berbeda. tapi, kali ini saya hanya akan bercerita tentang batik tulis saja.
setiba saya di kediaman bu lurah, saya disuguhi pemandangan seorang ibu yang sedang menorehkan malam dengan cantingnya di kain. wheew... saat itu cuma satu yang ada di pikiran saya, kagum sangat. padahal ini bukan kali pertama saya melihat seorang ibu membatik. tapi entah kenapa selalu ada antusiasme membuncah dalam hati saya, selayaknya seorang anak kecil yang melihat permen favoritnya. hehe. alhamdulillah, ibu lurah amat ramah terhadap kami para perempuan yang banyak maunya ini. tiap pertanyaan saya dan teman2 tentang batik dijawab dengan ramah dan ringan. bahkan beliau menawarkan saya (yang memang terlihat paling antusias a.k.a norak) untuk belajar membatik. wah, rasanya seperti gayung bersambut.
saat itu, saya diajarkan menoreh malam pada selembar kain yang memang sering dipakai orang untuk belajar membatik. jujur aja, saya grogi banget. saat memegang canting, tangan saya gemetaran dan bingung menentukan posisi cantingnya. karena kata si ibu, canting itu harus diletakkan dengan pas. kalau terlalu kebawah, malam yang ada didalam cangkang cantingnya bisa tumpah. tetapi kalau terlalu ke atas, malam bisa tidak keluar dan hasil tulisan menjadi tidak bagus. hmm..dan ya, saya hanya berani mencoba sebentar. setelah itu saya ndak sabar dan memilih untuk duduk melihat motif-motif kain yang sudah jadi.
ada satu motif kain yang menarik hati saya. sebutannya batik sidomukti. kain batik sidomukti ini dikhususkan untuk para pengantin yang menikah. saya penasaran, kenapa begitu? lalu dijelaskan lah secara singkat. sidomukti itu motif kain yang menyiratkan pengharapan pada pengantin. pengharapan agar hidupnya kelak sejahtera, makmur dan bahagia. hmmm... keren..saya ga pernah nyangka kalau filosofinya sedalam itu. ibarat kata, kain batik sidomukti merupakan perwujudan doa-doa sang pembuat kain dan orang-orang lain yang menyaksikan sepasang suami istri menikah. saya jadi teringat doa yang disunnahkan oleh Rasulullah saat menghadiri sebuah pernikahan. barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fi khair.. agaknya maksud dan tujuan dari doa tersebut dan harapan yang ditulis dalam motif batik sidomukti memiliki kemiripan. sebuah doa yang menghantar pasangan baru memasuki belantara pernikahan dengan segala konflik dan kebahagiaaanya.
mengetahui makna tersebut, saya akhirnya memiliki sudut pandang tentang batik sidomukti. batik yang menurut saya eksotis dan powerful pada tiap helaian benangnya. kenapa? karena di tiap helainya ada siratan dan guratan doa dan pengharapan dari semua yang terlibat dalam penciptaan kain tersebut. dan saya pun menyebutnya, doa di sepotong kain.