Friday, February 24, 2012

H-16

Alhamdulillah... it's Friday

and,





=)

Tuesday, February 21, 2012

How i met him

Okeh, undangan sudah dilaunching. jadi sudah boleh donk saya bercerita tentang lelaki yang saya pilih sebagai calon suami saya. ;p
hmm... postingan di bawah ini aslinya dibuat untuk dimasukkan ke web undangan kami berdua. tapi di web itu ada bagian yang diedit atas kesepakatan bersama. nah, karena saya sayang sama kalian, para pembaca setia blog ini (halah), maka saya tunjukkan versi uncensored cerita tentang bagaimana saya dan dia bertemu dan berproses. cekidot. :)


****

Then, which of the blessings of your Lord that you deny? (QS. 55: 13)

"Laki-laki yang baik seperti angin yang mengarus di udara dan perempuan yang baik laksana air yang sejuk dan menghidupkan. Ketika keduanya bertemu mereka bersinergi menjadi hujan yang merupakan tanda kasih sayang Tuhan. Itulah keserasian.'' (me)

Hmm... agak bingung harus memulai darimana ketika saya diminta untuk bercerita tentang awal pertemuan saya dengan Pak Zamal (i prefer to called him with “pak” preposition, hope he wouldn’t mind about that). Let’s see... saya pertama bertemu beliau tentu saja di SD Juara Jaksel sekitar awal Januari 2011. Saat itu hanya berpikir, “oh ini toh yang akan gantiin pak dedi (former man at NFE)”. Saya pikir usianya di atas saya, ternyata.... usianya dibawah saya setahun, sodara-sodara. Ckckck.... tampangnya tua sekali ;p. Belum lagi pembawaannya yang kaku dan jadul. Terlihat dari caranya berpakaian dan berbicara. hehehe... (^^)v
Pada waktu itu, tidak terlintas sedikit pun bahwa kelak kami berdua akan bertemu dalam proses ta’aruf. Karena kesan saya biasa-biasa saja, neutral n nothing special in particular. Selama berinteraksi di kantor pun saya menganggap beliau rekan kerja biasa. Hanya saja, ternyata kami mengenal banyak orang yang sama dalam lingkungan pergaulan kami. Sehingga tema pembicaraan kami jadi lebih beragam, tidak sekedar urusan pekerjaan.
Oia, sebelumnya mungkin perlu dijelaskan bahwa saya dan beliau memilih untuk berproses menuju pernikahan tanpa pacaran sesuai dengan keyakinan kami dalam menjalankan pernikahan dalam bingkai aturan agama islam. Bahasa kerennya mah ta’aruf-an. Dengan difasilitasi oleh “guru ngaji” kami berdua, mulai dari bertukar biodata kedua belah pihak di akhir september 2011 hingga pertemuan di suatu ahad sore di bulan Oktober 2011.
Honestly, ketika pertama kali beliau mengajukan diri untuk ta’aruf, saya langsung ingat kata-kata saya sendiri semasa di kampus dulu. Ketika saya masih keukeuh sumekeuh dengan segudang kriteria pasangan hidup. Dulu, saya berpikir tidak ingin menikah dengan seorang lelaki yang lebih muda karena lelaki yang lebih muda pasti tidak dewasa dalam berpikir dan ego saya tidak cukup sanggup merendah untuk mengalah (maklum, saya anak sulung dari 5 bersaudara dengan 3 adik laki-laki). Saya juga tidak ingin berjodoh dengan lelaki yang berada di satu instansi dengan saya, entah itu ketika di kampus atau kelak ketika bekerja. Karena pasti akan terasa membosankan menikah dengan orang yang juga satu pekerjaan. Sudah lah bertemu di rumah, lalu harus bertemu lagi di kantor. Selain itu, saya juga terganjal dengan kriteria bukan orang minang permintaan orang tua saya (jangan tanya kenapa saya tidak diijinkan menikah dengan orang minang, karena saya pun tidak tahu).
Hahahaha.... sampai sini, kalian, para pembaca pasti tertawa dan menilai saya sangat absurd dan aneh. Mungkin karena kriteria aneh dan ribet itu pula, Allah SWT mempertemukan saya dengan sosok pak zamal. Seorang laki-laki yang kriterianya masuk ke dalam kategori “tidak ingin saya nikahi”. Jika meminjam istilah seorang sahabat, doa-doa saya “dilempar” di depan muka saya oleh Allah SWT. Didatangkanlah seorang lelaki yang berlawanan dengan semua teori saya tentang seorang lelaki yang akan saya nikahi. Mungkin Allah ingin bilang, “nih! Makanya jangan bikin kriteria yang ribet dan ga syar’i”. Hehehe...
Jadi sodara-sodara, benturan terbesar ketika saya memutuskan menerima tawaran beliau untuk ta’aruf kata-kata saya sendiri di masa lalu. Tapi kemudian saya tersadarkan dengan kenyataan betapa tidak syar’inya kriteria saya. dan bukankah Rasulullah bersabda apabila laki-laki baik dan sholeh ditolak, akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi? Maka, dengan berbekal niat baik dan bersandar pada keyakinan bahwa Allah akan selalu membimbing saya, saya menerima tawaran beliau melalui guru ngaji saya dan mulailah proses demi proses ta’aruf kami lewati.
Proses bertukar biodata dan pertemuan dengan dimoderasi guru ngaji saya berjalan dengan mudah dan lancar. Memang sih ada beberapa hal yang sangat berbeda dan menjadi pertanyaan buat saya, tapi hal tersebut bisa terjawab dengan baik di kemudian hari. Toh, niat baik dan istikhoroh yang saya lakukan mengirimkan sinyal dalam hati saya untuk terus melanjutkan ke tahap berikutnya, pertemuan dengan orang tua. Singkat cerita, pertemuan dengan kedua belah pihak orang tua pun berjalan dengan baik. walau ada perbedaan kultur antara dua keluarga, tapi kendala yang dihadapi masih bisa diakomodasi dengan baik. Semoga saja, ini pertanda baik bagi rumah tangga kami berdua kelak. Setelah kunjungan keluarga, acara lamaran pun digelar pada 13 November 2011. Acara lamaran yang sederhana, hanya dihadiri keluarga dekat dan hanya diisi acara musyawarah keluarga tentang kapan pelaksanaan acara pernikahan dan makan-makan bersama. Lamaran itu pun menghasilkan kesepakatan untuk menggelar acara di bulan Maret 2012.
Setelah lamaran, kami berdua banyak berinteraksi dalam rangka mempersiapkan akad nikah dan resepsi pernikahan. Jeda waktu lamaran dan akad yang cukup lama membuat saya sedikit banyak dapat mengenal karakter beliau lebih lanjut. Hmm... we’re different obviously. Beliau adalah antitesa saya dalam banyak hal. Cara berpikir dan cara bekerja saya dan beliau banyak sekali yang berbeda. But then, its still manageable. Tidak banyak yang saya harapkan, hanya keberkahan dan ridho dari Allah yang mengiringi setiap proses yang kami lewati. Pernikahan bagi saya bukan sekedar tentang bersatunya dua orang yang berbeda, tetapi juga proses untuk dua orang tumbuh bersama dalam satu ikatan. Semoga Allah melapangkan hati-hati kami dan mengokohkan ikatannya sehingga kami dapat saling mendukung dalam mengembangkan potensi pribadi dan membangun potensi bersama. Amiiin....

Monday, February 06, 2012

memberi jeda

kamu tahu,
ada saatnya dalam rentang waktu panjang interaksi kita, ada masa dimana kita menjadi begitu sensitif dan tidak bisa saling memahami. kamu melihat dia begitu berbeda dan membingungkan. dan dia semakin frustasi karena tidak dipahami. tapi apa perlu kita membenarkan semua situasi yang aneh di saat itu juga? benang yang kusut tak bisa terurai ketika kau menariknya kencang-kencang. jalinan kusutnya hanya akan semakin rapat dan makin sulit dibenarkan. batu bertemu batu hanya akan saling beradu dan saling mengikis. apa mau kita habis hanya karena satu sama lain saling membenturkan diri?

ada kalanya kita tak ingin dinasehati, hanya didengar. ada saatnya kita tak ingin di dengar, hanya ingin ditunggu. beri waktu, nanti dia akan kembali padamu.