hari ini, setahun
de, sudah berada di surga belahan mana kau sekarang?
tunggu aku
kan ku susul ksatria kecilku yang lucu
semoga Dia menempatkanku di kavling yang sama
walau sisa remah pun tak mengapa
asal perjumpaan terjadi
dan nafsu kerinduan terbalaskan!
untuk kalian,
tunggu ceritaku
tentang betapa nikmatnya belaian sayang Sang Pemegang Pena
Wednesday, April 18, 2007
nostalgia kepagian
Dulu, sekarang dan esok
Rasanya sama
Kita masih menjejak di tanah becek yang sama saat hujan kemarin
Kita masih bersesak menghisap udara kotor yang sama di tengah riuh angkot di jalan depan sana
Kita juga masih tergelak pada lelucon bodoh yang kau sampaikan di sela jam kuliah
Kita juga masih berpapasan selintas di koridor sempit pada perjalanan terburu menuju kelas
See, kita sama
Atau setidaknya begitu yang kukira
Betapa sebatas ruang membuat dunia kita bersentuhan
Meninggalkan kesan dan berjuta pemikiran
Pasti kau pernah berpikir tentang lezatnya kremes ayam di tengah dongeng yang diceritakan asisten dosen di kelas metpen siang dulu
Aku juga!
Pernah ku bermimpi tentang empuknya kasur di kamar mungil yang terabaikan di malam buta
Karena beribu kata yang dengan terpaksa ku rangkai menjadi makalah
Demi nilai yang tak seberapa
Kau pasti juga!
Atau kita berjibaku mengejar kereta bogor-jakarta yang penat dengan berbagai rupa bau di dalamnya
Sehingga tak ada ruang untuk ejaan nafas sambungan hidup kita
See, kita sama
Seperti manusia lainnya
Yang sibuk, atau pura2 sibuk
Yang rajin, atau sekedar memenuhi kewajiban
Yang tulus, atau menghindar dari rasa tak enak hati
yang ramah, atau sekedar basa-basi
Seperti manusia
Itu lah kita
Hanya hati dan jiwa yang mengisi beda
Sisanya,
Banyak yang beririsan di langkah-langkah kita
Dan apapun kita,
Asalkan kita bahagia
Rasanya sama
Kita masih menjejak di tanah becek yang sama saat hujan kemarin
Kita masih bersesak menghisap udara kotor yang sama di tengah riuh angkot di jalan depan sana
Kita juga masih tergelak pada lelucon bodoh yang kau sampaikan di sela jam kuliah
Kita juga masih berpapasan selintas di koridor sempit pada perjalanan terburu menuju kelas
See, kita sama
Atau setidaknya begitu yang kukira
Betapa sebatas ruang membuat dunia kita bersentuhan
Meninggalkan kesan dan berjuta pemikiran
Pasti kau pernah berpikir tentang lezatnya kremes ayam di tengah dongeng yang diceritakan asisten dosen di kelas metpen siang dulu
Aku juga!
Pernah ku bermimpi tentang empuknya kasur di kamar mungil yang terabaikan di malam buta
Karena beribu kata yang dengan terpaksa ku rangkai menjadi makalah
Demi nilai yang tak seberapa
Kau pasti juga!
Atau kita berjibaku mengejar kereta bogor-jakarta yang penat dengan berbagai rupa bau di dalamnya
Sehingga tak ada ruang untuk ejaan nafas sambungan hidup kita
See, kita sama
Seperti manusia lainnya
Yang sibuk, atau pura2 sibuk
Yang rajin, atau sekedar memenuhi kewajiban
Yang tulus, atau menghindar dari rasa tak enak hati
yang ramah, atau sekedar basa-basi
Seperti manusia
Itu lah kita
Hanya hati dan jiwa yang mengisi beda
Sisanya,
Banyak yang beririsan di langkah-langkah kita
Dan apapun kita,
Asalkan kita bahagia
Monday, April 09, 2007
Allah selalu tahu jalan pulang
Dear…
Allah selalu paling tahu jalan pulang
Meski kita berada di hutan paling belantara di tengah pulau tak berpenghuni
Atau di antara telisik berisik obrolan orang-orang tak bernama di pasar sana
Atau di dalam ruangan gelap yang angkuh tak memberi izin cahaya untuk memberi warna
Dear…
Ketika kita berjuang sendirian
Sungguh hanya batin yang berkata demikian
Bukankan Allah sendiri yang bilang,
Bahwa sesungguhnya Dia lebih dekat dari urat nadi kalian?!
Jangan takut merasa letih tertatih
Atau berteriak pedih merintih
Karena kita hanya manusia
Dan hanya dengan bicara lega itu ada
Dear…
Percaya lah, Allah pasti selalu paling tahu jalan pulang
Jalan yang mungkin tanpa penunjuk arah nyata
Tapi selalu ada firasat dan ikhlas yang menjadi penuntun kita
Jalan cahaya itu niscaya, sayang…
Tinggal kita yang menentukan pilihan
Ingin pulang atau berputar-putar sebelum mengambil arah ke depan
Dear…
Allah, sekali lagi, paling tahu jalan pulang
Karena Dia yang menciptakan liku-liku
Dia yang menjadikan turun naik
Dia juga yang menghadiahkan jalan lurus tanpa rintangan
Maka, ketika kita sampai di pinti gerbang
Allah pasti menyediakan istana terbaik di taman kepulangan
***
dan yang perlu kita pinta hanya arah menuju taman kepulangan itu...
Allah selalu paling tahu jalan pulang
Meski kita berada di hutan paling belantara di tengah pulau tak berpenghuni
Atau di antara telisik berisik obrolan orang-orang tak bernama di pasar sana
Atau di dalam ruangan gelap yang angkuh tak memberi izin cahaya untuk memberi warna
Dear…
Ketika kita berjuang sendirian
Sungguh hanya batin yang berkata demikian
Bukankan Allah sendiri yang bilang,
Bahwa sesungguhnya Dia lebih dekat dari urat nadi kalian?!
Jangan takut merasa letih tertatih
Atau berteriak pedih merintih
Karena kita hanya manusia
Dan hanya dengan bicara lega itu ada
Dear…
Percaya lah, Allah pasti selalu paling tahu jalan pulang
Jalan yang mungkin tanpa penunjuk arah nyata
Tapi selalu ada firasat dan ikhlas yang menjadi penuntun kita
Jalan cahaya itu niscaya, sayang…
Tinggal kita yang menentukan pilihan
Ingin pulang atau berputar-putar sebelum mengambil arah ke depan
Dear…
Allah, sekali lagi, paling tahu jalan pulang
Karena Dia yang menciptakan liku-liku
Dia yang menjadikan turun naik
Dia juga yang menghadiahkan jalan lurus tanpa rintangan
Maka, ketika kita sampai di pinti gerbang
Allah pasti menyediakan istana terbaik di taman kepulangan
***
dan yang perlu kita pinta hanya arah menuju taman kepulangan itu...
Wednesday, April 04, 2007
sayah mau jujur, kalian harus tahu!
Subscribe to:
Posts (Atom)